THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES ?

Thursday, January 29, 2009

New SpringWidget

Visit the Widget Gallery

Monday, January 26, 2009

TUMBUH BESAR BERSAMA PROSES

INSTANT ! Ternyata kali ini aku terjebak didalamnya.
Aku tidak lagi setia pada ‘proses’. Sesuatu yang kupegang selama ini. Dan ini mempengaruhiku dalam menulis. Aku begitu fokus pada ‘hasil’. Terlalu menuntut kesempurnaan. Aku tidak membiarkannya mengalir. Aku membatasi kreativitas dikepala dengan ketakutan semu akan penolakan ide karya. Rasanya konyol sekali. Dan yang terjadi adalah aku semakin kalut oleh ‘deadline’ yang kuciptakan sendiri.

Padahal sebelumnya aku begitu mudah menulis. Tidak pernah memperdulikan tulisan bagus atau jelek. Yang penting menulis. Menumpahkan semua ‘yang dirasa dan yang dipikir’. Urusan ‘komentar’ belakangan. Bahkan ketika muncul ide ngirim story di Rectoverso adalah murni ingin share. Hanya berbagi kisah. Apalagi itu adalah weekly programme yang sejalan dengan weekly planku. Aku jadikan itu sebagai bahan tantangan untuk menulis sesuai tema yang telah ditentukan. Sekaligus menciptakan ‘pertemuan’ dengan Dee lewat tulisan. Ini terobosan baru bagi seorang pemula seperti saya. Dan saat kisah ke-2 yang kukirim akhirnya terpilih, itu adalah bonus dari kesetiaan terhadap apa yang kusebut ‘PROSES’ walaupun ‘kemenangan’ itu membawa kepuasan tersendiri. Bahkan hingga saat ini aku masih merasakan positive mental dari efek kemenangan itu.

Celakanya, bila ada positif maka ada lawannya si negative. Aku jadi susah berkonsentrasi pada pekerjaan sekarang. Pikiranku sibuk melayang kemana-mana. Aku cenderung terobsesi pada master plan ‘LAKE HOUSE’. Sesuatu yang begitu jauh dimata, tapi herannya sangat dekat di hati. Melekat begitu kuat di kepalaku. Salah bila punya impian BESAR ? TIDAK !

Berpijak pada realitas dengan berkarya nyata bagi saya lebih memudahkan meraih apa yang kuinginkan. Menulis saat ini bagiku seperti melongok ke alam lain. Keluar sejenak dari kotak-kotak container. Atau deretan digit angka yang membuat mataku sakit dan berair.

Saat sebuah rencana perubahan karir ditawarkan, aku malah panik. Terus bertanya SANGGUP TIDAK aku pada situasi yang berbeda sama sekali. MAMPU TIDAK aku memikul tanggung jawab baru. Sedangkan ilmuku masih dangkal. Jam terbangku masih minim. Padahal itu hanya sebuah wacana, belum ada eksekusi sama sekali dari HO.

Jadi apa yang mengangguku saat ini adalah : “AM I REALLY REALLY READY TO BE BIG ?”. Rasanya aneh melihat pikiran takut sukses yang muncul. Padahal selalu ada konsekuensi dalam setiap pilihan hidup.

Selama bekerja. Prinsipku adalah kerjakan dengan sepenuh hati. Nikmati setiap tantangan. Toh masalah akan berlalu sendiri. Itu yang meringankan langkahku ke kantor setiap hari. Sederhana sekali bukan?
Ketika keinginan-keinginan berubah menjadi sebuah keterikatan. Disaat itulah ketakutan akan kegagalan semakin membelenggu.

Apa yang kuperlukan saat ini adalah : LET GO MY FEARS……Inipun sebuah proses !
Cukup kembali setia pada PROSES. Dan lihat apa yang akan terjadi. Titik!

Tuesday, January 20, 2009

Back to 'LIVE'

Tanganku terasa dingin. Jantung berdegup kencang. Kutarik nafas panjang berkali-kali untuk meminimize ketegangan. Ratusan pasang mata melihat ke arahku. Aku semakin gugup. Ini penampilan pertama setelah sembuh dari sakit. Terlalu lama sudah aku bersembunyi di kamar gelap , meratapi penyakit dibadan.

Dari sudut sana petikan gitar mulai terdengar, Mei Che pun bernyanyi.
Oh, saatnya tiba....kutarik nafas panjang lagi.
kubaca puisi dibawah :

MASIHKAH ADA WAKTU

Pernahkah kita renungi
Tentang arah langkah dalam hidup ini
Masihkah kita terlena oleh belenggu dunia yang menjerat ?

Pernahkah kita mencoba
Hayati Dhamma Sang Buddha
Agar tercapai kebahagiaan sejati
Sudahkah kita menemukan yang kita cari didunia ?

Sadarlah..hai manusia
Semua hanyalah anicca
Mari perbanyak kebajikan
Hindari kejahatan
Semasih ada waktu tersisa buat kita

Harusnya kita mengerti
Hidup di dunia bukanlah mimpi
Sungguh teramat sukar terlahir sebagai manusia
Harusnya kita jalani hidup yang benar

Kendalikan ucapan
Jauhkanlah dari semua dusta
Kendalikan pikiran
Jauhkanlah dari semua noda
Tebarkanlah cinta kasih di lubuk hati
Semasih ada waktu tersisa untuk kita

Hidup di dalam Dhamma
terasa indah
Harusnya kita amalkan SabdaNya
Walaupun hidup seratus tahun lamanya
Sesungguhnya lebih baik hidup sehari
Namun penuh cinta, tiada tercela…..

Ah, Legaa! Akhirnya selesai juga bagianku. Rasanya beban yang menghimpit hilang semua. Yang tinggal adalah rasa puas. Saat acara berakhir, undangan yang hadir menghampiri.

"Wah, suaranya bagus banget" kata seorang ibu.

"Iya, puisinya juga keren'' timpal yang lain

Lebih banyak lagi pujian yang kuterima. Teman-temanku juga mengacungkan jempol. Aku merespon dengan senyum malu-malu.

Tiba-tiba ada seorang wanita menyentuh tanganku. Aku sangat terkejut

"Terima kasih, mbak. Puisimu bagus sekali. Begitu kena dihati. Aku baru kehilangan bayiku. Dia hanya bertahan hidup 19 jam setelah kulahirkan. Puisi itu mengingatku untuk bersyukur aku masih ada waktu. Paling tidak kehamilan itu membuktikan pada keluarga suamiku bahwa aku tidak mandul. Meski kehadirannya hanya sekejap. Aku sempat merasakan kebahagiaan itu."

Dia sepertinya merasa nyaman curhat ke aku. Padahal kami tidak dekat. Aku hanya sering berpapasan di jalan dengannya. Senyum dan berlalu.

Malam itu aku mengerti.
I mean the world to someone.

Being in the moment

Entah kenapa Bhante memilihku mengorganize acara ini. Sepertinya dia yakin akan sesuatu yang justru menjadi keraguanku.

“Mama akan datang ke acara Parent’s day minggu depan ?”

“Bisnisku lebih penting. Lihat saja entar gimana.”

Aku sudah siap dengan jawaban itu. Teramat biasa malah dia absen di setiap peristiwa penting hidupku. Kemarahan yang kutumpuk menyala seterang api neraka. Kasih itu telah lama menghilang dihati. Nyaris tidak berjejak. Luka. Pilu. Murka.
Sering kubertanya :

Adakah cinta untukku dihatimu ?
Benarkah ada surga ditelapak kakimu ?
Lantas kemana rasa itu ?
Dimana cinta dan surgamu untukku?

Wajahku yang mirip pria yang menyakitimu adalah sumber kemarahanmu. Padahal aku benci menjadi bayang-bayang dari kesalahan masa lalumu. Aku bosan menghindar. Aku muak bersembunyi dalam kepura-puraan. Aku capek lari dari kenyataan. Aku hanya ingin merasa cintamu. Tiada yang lain. Titik !

Tapi tembok keakuan diantara kita terlalu tinggi. Selalu berseberangan. Meski kamu ada, dirimu tak terlihat. Pertengkaran adalah cara kita berbicara. Entah berapa kali durhaka keluar dari bibirmu. Entah berapa kali usir kau hadiahkan padaku. Aku tetap tidak bergeming. Aku masih disini. Menanti merasa cintamu.

Akhirnya Hari H tiba! Entah kenapa aku menjadi sentimentil melihat banyak yang datang bersama orang tuanya. Diantara tamu yang hadir ternyata ada kakakku.

“Mama jadi datang ?”

“Ntah. Mungkin enggak. Tadi masih sibuk ama bisnisnya.”

Ah, sudahlah. Mungkin belum waktunya. Entah kapan kesempatan itu akan datang. Tapi aku tidak akan bosan mencipta. Untuk merasa cintamu !

Energiku benar-benar terkuras. Bukan hanya capek badan, tapi lelah batin. Aku melihat keharuan dimata para tamu. Acara ini terbilang sukses. Rasanya lega, meski ada kosong menganga dihatiku. Tiba-tiba aku melihat wanita separuh baya berbaju merah duduk di antara deretan tamu berada dibarisan antrian sujud.

“Mama?”

Aku begitu terkejut. She’s make it. Dia datang ke acaraku. Rasanya tidak percaya. Aku berlari keluar membeli mawar. Duitku hanya cukup membeli setangkai bunga mawar. Aku melangkah ke antrian sujud dimana mama sedang menanti.

Aku berlutut. Kuberikan mawar di tangan.

“Ma, 27 tahun hidup didunia. Aku hanya mampu membelikan setangkai mawar ini untukmu. Maafkan, aku, Ma.”

Aku tidak sanggup berucap lagi. Aku merasa begitu kecil dengan besarnya cinta yang dia tunjukkan. Cinta yang tidak pernah terucap dibibirnya. Hanya karena tidak pernah terucap, bukan berarti cinta itu tidak ada.

Airmataku tumpah. Kupeluk dia dengan erat. Rasanya nyaman sekali. Aku sudah lama lupa kehangatan pelukannya Ada kelegaan luar biasa menyusup batinku. Jiwaku terasa ringan, damai, bahagia saat melepas keegoan yang selama ini kupegang erat.
Kulihat Bhante tersenyum padaku. Yah, aku paham maksudnya.

Apakah aku akan berjalan di air ?
Apakah aku akan berlari melewati awan-awan indah ?
Aku tidak bisa mendeskripsikan surga setelah kematianku

Bagiku, inilah surga untuk yang masih hidup. Ketika kesadaran muncul menyatu pada ‘saat ini’ seutuhnya. Waktu tidak akan berlalu sia-sia. Karena kedamaian ini tidak terusik oleh ruang dan waktu. Lalu apakah awal dan akhir ada maknanya ? Surga ada disini. Di dalam tubuhmu. Saat padamnya ego !

Peluklah semua tanyaku
Jawablah dengan cara Mu

(Pulang by Dewi Lestari)

Monday, January 19, 2009

Intip cerita di balik .....

Rectoverso Moment Week#5 Winner :
Behind the making of ‘stay as sweet as you are’

Kering ide. Itu curhatku ke sahabat.
Kuprint out tema minggu mendatang yang ditulis Dee – Rectoverso Moment Week#5 : Grow a day older. Kubaca berulang kali, mencoba mencari apa yang diinginkan Dee untuk momen tersebut. Ide di kepala terasa mentah sekali. Meski pun demikian kucoba menuangkannya dalam tulisan. Karena deadline tinggal 2 hari lagi. Aku begitu keukeh mau partisipasi. Batinku membisik : hanya ini satu-satunya kesempatan bertemu dee di tulisan. Aku harus menciptakan pertemuan ini. Harus ! Tapi aku benar-benar stuck ! Tulisanku masih bantet. Gak jelas arahnya. Lalu aku berhenti dan berangkat tidur !

Seperti ada magnet yang menarikku saat kubaca ‘Membangunkan pujangga tidur’. Dee benar! Menulis itu seperti meditasi. Kamu harus bebaskan dirimu dari persepsi, segala keinginan dan harapan. Lihat saja apa yang sedang berlangsung pada batinmu. Hanya mengamati prosesnya. Ada gejolak menggebu, ada pemaksaan kesempurnaan. Amati saja. Ia akan timbul dan tenggelam. Saat hening, semua akan terlihat jernih. Jernih ? Yah, aku paham sekarang.

Ting! Ide itu muncul di kepala. Jari-jariku mulai menari. Begitu ringan. Aku flash back ‘rasa’ dan ‘pikir’ dalam jejak pencarian cinta sejati, juga firasat magis saat pertemuan pertama dengan pasangan jiwa. Hingga ending yang kusuka. Kejujuran terhadap ketidakpastian hidup. Sebuah realita yang pasti, yang tidak ingin kuakhiri dengan tangis cengeng!

Hidup memang tidak pasti. Tapi kesungguhan cinta yang kulihat dimatanya adalah pasti. Cinta yang dia beri senyata nafas yang berhembus. Ringan dan bernyawa. Aku merasakan keabadian dalam cintanya. Begitu riil, hingga waktu tidak lagi merisaukanku. So, Just stay as sweet as you are !

…with you I see forever oh so clearly
I might have been in love before
But it never felt this strong

…You don’t have to change a thing
I love you just the way you are
So come with me and share the view
I’ll help you see forever too

(Nothing’s gonna change my love for you – Glenn Medeiros)

Kubaca kembali tulisanku. Sekali, dua kali, tiga kali. Entah berapa kali akhirnya. Tak terekam lagi hitungannya dikepalaku. Terus membaca. Menatap monitorku. Kok begini yah hasilnya ? Ada keraguan mulai menyusup. Kirim atau tidak ya ?
Kecapekan mikir, aku memilih tidur.

Selasa pagi, begitu nyampe kantor. Aku langsung mengirimnya.
Aku ingin bertemu dengan 'dee' di tulisan.
Titik ! Itu target pertama...

Tuesday, January 13, 2009

STAY AS SWEET AS YOU ARE


Rectoverso Moment

Week#5 Winner:
(Original version)

http://dee-idea.blogspot.com/


Indahkah hidup bila abadi ?
Masihkah cinta berharga saat usia adalah kekal?


Aku berhenti bertanya. Jiwaku letih sudah berteman dengan kegagalan berulang kali. Dalam sujud, sebaris harapan kugantungkan ke langit. Kuteriakan dengan lantang agar langit sungguh-sungguh mendengar : “Aku hanya ingin hidup bahagia dan dimiliki pria yang benar-benar mencintaiku”. Lalu bimbinglah aku berproses dalam waktu mencintai dia seutuhnya.

Pertemuan itu bukan yang pertama kali. Sepasang mata asing itu pernah kukenal di ruang dan waktu yang berbeda. Daya ingatku tidak mampu menembus waktu. Siapa pria itu? Kenapa tatapan mata dia begitu mendamaikan jiwa ? Bathin kami seolah terhubung kembali. Seakan-akan ada magis yang sedang bekerja. Menyambung kembali sebuah rasa yang pernah terjalin. Dulu. Entah di dimensi mana. Aneh, tapi perasaan itu sungguh nyata ! Dia berlalu dengan senyum, menyisakan tanya yang tidak terjawab.

Kemudian langit membuka jalan melalui perjumpaan kesekian kali. Indah pada saatnya. Alam lalu merestui. Menarikku bersatu dengan dia dalam perjalanan kali ini. Melangkah, berproses dalam waktu yang tidak pasti. Waktu yang terbatas bukanlah untuk membatasi cinta yang tumbuh. Justru memecutku menghargai waktu itu sendiri.

Tak ada cara memang menambah waktu dibumi. Namun pikiran kami melebur dalam tindakan nyata memperpanjang hubungan. Tak ada sumpah. Tidak ada janji muluk. Hanya sebuah tujuan sama : mencipta lebih banyak kebahagiaan dalam kebersamaan Karena cinta adalah kewajaran. Sealami hidup ini.

Hidup memang tidak pasti. Tapi kesungguhan cinta yang kulihat dimatanya adalah pasti. Cinta yang dia beri senyata nafas yang berhembus. Ringan dan bernyawa. Aku merasakan keabadian dalam cintanya. Begitu riil, hingga waktu tidak lagi merisaukanku. Just stay as sweet as you are !

…with you I see forever oh so clearly
I might have been in love before
But it never felt this strong

…You don’t have to change a thing
I love you just the way you are
So come with me and share the view
I’ll help you see forever too

(Nothing’s gonna change my love for you – Glenn Medeiros)

SLEEPING BEAUTY

Tutup matamu ! Aku ingin membawamu ke alam ingatan dimana kenangan ini hidup kekal di sana. Tak terusik.

1998….
Hari itu bukan sore biasa. Medis memvonis detak berhenti sudah. Perempuan tua itu terbaring di ruang tengah, berbalut kain putih. Lalu orang-orang berkumpul dalam isak tangis nan pilu menggema. Berteriak sesak memanggil dia. Langit mendung seolah ingin turut berbagi duka. Ayat-ayat suci pun mulai dilantunkan.

Dari ujung jendela sana, aku berdiri dalam tanya. Kenapa mereka menangis ? Bukankah dia masih ada ? Begitu kuat batin ini membisik : dia masih hidup ! Entah datang dari mana suara itu, tapi logika segera menentang. Mereka saling beradu. Siapa yang percaya suara itu bila kematian di depan mata jelas-jelas nyata.

Aku gelisah berpacu dengan waktu. Bimbang jika bisikan itu ternyata benar dia masih hidup dan dengan kejam kami menguburnya. Tapi lagi-lagi logika di kepala menghadang. Mencoba mematahkan asa. Dengan keyakinan, aku berpusat pada Pencipta. Memohon sungguh-sungguh : bila waktu memang belum usai, mohon kembalikanlah dia padaku.

Entah berapa lama aku larut bersama doa menuju satu titik fokus.
Tiba-tiba angin bertiup sangat kencang menuju ruang tengah. Langit kembali cerah. Isak seketika berhenti menjadi tangis bahagia. Misteri bekerja dengan caranya sendiri tanpa kupahami. Dia benar-benar kembali !

Lalu selama 7 tahun kami merajut kebersamaan. Menikmati setiap detik keajaiban langit. Menyatu lebih erat dan sangat dekat. Hingga siang itu kangen mendera hati sangat ingin berjumpa. Ternyata dia telah terbaring diam tak bergerak. Kubuka kain tipis penutup muka. Itu adalah wajah paling cantik yang pernah kulihat. Begitu damai dia dalam tidur yang panjang. Kuberi kecupan terakhir dipipi. Air mata jatuh tanpa bisa kutahan. Kali ini tidak ada pinta, kulepaskan dia mengendarai awan menuju langit.

Orang-orang yang meninggal tidak sungguh-sungguh meninggalkan kita. Mereka masih ada. Selalu ada cara menemukan mereka di hati. Seperti mentari yang terbenam. Kita tidak melihatnya karena waktu menghalangi, sesungguhnya ia masih bersinar dan terlihat di belahan bumi lain. Demikian juga nenekku.

…and I always will remember
all the strength you gave to me
your love made me
make it through

(There you’ll be – Faith Hill)

Memeluk bayangan

Aku disini, berdiri tegak setinggi tubuhmu.
Menanti bayanganmu menembus duniaku lewat sebuah cermin.
Ayo, waktu! tolong bangunkan mentari segera. Aku ingin menjumpai dia. Rindu ini sudah menggila, meronta minta dilepaskan.

Oh, Itu dia! Pekikku tidak bersuara. Kutatap wajah dia tanpa berkedip. Mata yang berat, sisa kurang tidur tadi malam. Rambut acak-acakan. Sesekali menguap tanpa malu. Membuatku dapat mengintip gigi geraham yang menghilang dari susunan. Ah, aku tidak peduli. Dambaku tak lekang oleh itu.
Senyumku masih penuh bangga. Karena dia berbagi rahasia itu hanya padaku.

Dia menjumpaiku lagi.
Kali ini beda. Ada lara kulihat dimata dia. Sangat dalam. Penuh kemarahan merasuk seluruh mimik wajah. Dia berteriak geram. Tiba-tiba kudengar bunyi keras menguncang duniaku. Sangat keras !
Kulihat diriku pecah jadi kepingan. Aku menangis. Ada darah mengenai tubuhku. Darah dari tangannya yang terluka. Dia juga menangis sesak.
Sssh… aku masih disini!
Kupeluk bayangan dia erat. Dalam kepingan yang masih utuh. Memantulkan kejujuran yang kami bagi berdua. Apa adanya.

The more I see you, The more I want youSomehow this feeling Just grows and growsWith every sigh
I become more mad about youMore lost without you and so it goes

(The more I see you – Nat King Cole)