THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES ?

Thursday, March 26, 2009

Cheng Beng : Kita adalah Leluhur

Ini penggalan dari Chatting dengan seorang sahabat, ketika dia mulai bercerita tentang Cheng Beng

***
Sahabat : Kasian (Alm) nenek, gak ada yang sembahyangi kalo aku dan papa gak pergi Cheng Beng

Aku : Kamu itu lucu deh!

Sahabat : Apanya yang lucu ? Sejak kapan tradisi Cheng Beng jadi lucu dikepalamu ?

Aku : Coba kamu bayangin deh. Kita itu sudah mati-hidup-mati lagi-hidup lagi berkali-kali bahkan gak kehitung jumlahnya. Itu berarti kita adalah LELUHUR bagi cicit-buyut-apapun panggilan untuk generasi sebelum kita lahir disini sekarang. Itu berarti kita sedang di CHENG-BENG-IN ama mereka SEKARANG !

Sahabat : Yah, ampun. Itupun kalo aku Tionghua dan lahir di kawasan asia

Aku : (tertawa) Kita umur berapaan sekarang ? 30 ? 30 tahun sebelum kelahiran ini kita ada dimana ? Tradisi Cheng Beng sendiri zaman dinasti kapan ? Rentang waktu segitu jauh loh. Kamu gak yakin ama kebajikanmu sendiri ? Gak yakin dulunya juga lahir di alam manusia ? Tradisi Cheng Beng sendiri ada di setiap etnis dan budaya. Hanya beda nama dan tata cara.

Sahabat : Persentase itu tetap ada sih (Dia jago matematika soalnya). Kemungkinan selalu ada

Aku : Nah, sekarang aku tanya kamu. Apakah kamu bisa popi (blessing) cicitmu ? Jadi jangan minta blessing ama leluhur deh tiap kali sembahyang. Itu kalo leluhur masih ingat hehe. Buktinya kita yang jadi 'LELUHUR' pun gak bisa ingat lagi ama mereka

***

Aku masih ingat. Ketika kecil, setiap ada peringatan kematian leluhur. Mama selalu memintaku berdoa gini : Ama Akong popi sun na ya, biar khua-khua tua han, gau-gau thak chek (Kakek Nenek, mohon blessing anak cucu ya, biar cepat besar dan pintar sekolah)

Aku tidak bilang doa itu tidak tepat. Hanya saja seiring proses. Aku memahami kita tetap akan tumbuh besar kok tanpa perlu doa seperti itu, kecuali kalo emang gen kate. Hehe.....

Tradisi Cheng Beng sering disalah mengerti. Kemudian dicampur aduk dengan Agama Budha dengan pengertian yang tidak tepat. Bagiku tradisi cheng beng adalah cara kita mengenang jasa para leluhur dengan ziarah ke kuburannya, sama halnya dengan para pahlawan yang gugur mempertahankan negara kita dulu. Tanpa leluhur, tidak ada orang tua, tidak ada orang tua, maka tidak ada aku. Itu kenapa sering kali disebut 'semua makhluk mungkin adalah orang tua kita terdahulu'. Bukankah kita masih dalam lingkaran samsara ? Kecuali bagi yang telah memasuki 'arus', mereka tidak lagi dilahirkan.

Cheng Beng jangan dijadikan beban. Mungkin kita melihat banyak sekali orang repot-repot membawa makanan untuk disajikan kepada leluhur, belum lagi kertas gin cua or kim cua, entah kertas sembahyang apa lagi. Sebenarnya orang dulu hanya kuatir 'leluhur' mereka 'kemiskinan' di alam sana. Gak dapat makan or gak punya duit. Sekarang : Kamu adalah LELUHUR! apakah kamu perlu semua 'duit kertas sembahyang itu?'

Makanan yang disajikan sebaiknya tidak dibawa pulang. Biasanya ada orang-orang yang menunggui disekitar kuburan. Just share ama mereka. Berikan kepada mereka. Aku yakin mereka lebih gembira lagi apabila mendapat 'rezeki nomplok' itu. Jasa kebajikan itu kemudian dilimpahkan kepada semua makhluk. Kurasa itu lebih bermakna.

Begitu sudut pandang saya.

Menjadi seorang budhis bukan berarti Anti tradisi. Tapi alangkah baiknya bila tradisi dipahami dengan tepat. Ia tidak akan bertentangan malah bila dipandang dari sudut Dhamma.
Karena berbakti jugalah 'Dhamma'


Semoga Anda bahagia
Semoga Semua Makhluk berbahagia.

_ /\ _

0 comments: